Follow Us @soratemplates

Wednesday, November 14, 2018

Fantastic Beasts : The Crimes Of Grindelwald

November 14, 2018 0 Comments





Yap, sebagai seseorang yang sangat menanti rilisnya film Warner Bross ini aku akhirnya menonton di hari pertama. Seperti judulnya, film ini merupakan sekuel kedua dari Fantastic Beasts : Where to Find Them. Untuk cast pemain sendiri tidak memiliki banyak perubahan dari seri sebelumnya.

Namun kali ini yang menjadi tokoh sentral, sama seperti judulnya, adalah Gellert Grindelwald ( Johny Depp ). Yang dalam akhir film sebelumnya telah ditangkap oleh Newt ( Eddie Redmeyne ) dan dipenjara di Kementrian Sihir Amerika Serikat. 

Aku di sini nggak akan memaparkan tentang baik buruk film ini, akan sangat tidak subjektif pada akhirnya. Karena sejak awal memang aku sudah menyukai dan menunggu film ini. 

Spoiler Alert

Film dibuka dengan setting New York pada tahun 1927, di mana saat itu Grindelwald sedang dalam penjara Kementrian Sihir Amerika Serikat dan akan dipindahkan ke Eropa. Namun dalam perjalanan, ia berhasil melarikan diri dengan bantuan salah satu pegawai kementrian yang telah menjadi pengikutnya.

Sementara di London, Newt sedang mengajukan gugatan agar ia bisa bepergian ke luar negeri. Di sini, akan muncul kakak Newt, Theseus ( Callum Turner ) dan Lesta Lestrage ( Zoe Kravits  ), tunangannya. 

Tak berselang lama konflik mulai muncul, yakni ketika Albus Dumbledore ( Jude Law ) menemui Newt, dan menyuruhnya menuju Paris, di mana Credence ( Ezra Miller ) dan Tina Goldstein ( Katherine Waterston ) berada. Dan menunjukan alamat rumah Nichola Flamel untuk menjadi tempat perlindungan yang aman.

Singkat cerita, Newt menuju Paris bersama Jacob ( Dan Fogler ) untuk mencari Credence, Tina dan Queeny ( Alison Sudol ). Di suatu sirkus, Tina malah menjumpai Credence dan Nagini ( Claudia Kim ), seorang maledictus yang nantinya menjadi salah satu hocrux dari Voldemort.

Grindelwald sendiri menyusun rencana bersama para pengikutnya, untuk menjebak Newt, teman-temannya serta para pegawai Kementrian Sihir Inggris agar hadir di suatu perkumpulan besar di makam keluarga Lestrage. Di sinilah terjadi pertempuran besar di mana Grindelwald menyalakan api biru di tengah-tengah aula pertemuan. Lesta melawan dan mengorbankan dirinya agar kawan-kawannya bisa keluar dengan selamat.

Dan pada akhir kisah ini, kita akan tahu alasan mengapa Dumbledore tidak mau dan tidak bisa melawan Grindelwald walaupun sejahat apapun ia. Sedangkan Grindelwald bersama Queeni, menjelaskan fakta mengejutkan tentang jati diri Credence.

Alur dan Tokoh
Alur ceritanya terkesan lambat dan tidak terlalu memiliki konflik yang berarti, tapi terasa terburu-buru dalam memunculkan kejutan dari beberapa misterinya. Namun, adegan hewan-hewan aneh yang dimiliki dan akan ditangkap Newt tetap memiliki daya tarik tersendiri. 

Unsur komedi juga disisipkan, walau memang tidak terlalu banyak. Tapi terasa cukup porsinya, sehingga membuat kita tidak merasa bosan.

Keberadaan Jude Law ( Dumbeldore ) memang cukup menambah warna dan rasa penasaran akan asal usul hubungannya dengan Grindelwald. Namun ia tidak terlalu memiliki porsi yang banyak, ia terkesan hanya sebagai pengantar dan penunjuk bagi Newt.

Johny Depp ( Grindelwald ) seperti biasa dalam setiap tokoh yang ia mainkan, diperankan secara apik dan cocok. Ia belum menampilkan sosok antagonis dengan kepribadian yang amat jahat, namun ia menampilkan Grindelwald sebagai seorang yang cerdik dan memiliki pemikiran serta rencana yang matang.

Dan hubungan percintaan juga turut sedikit mewarnai cerita ini, yakni dengan 3 pasangan. Newt & Tina, Jacob & Queeny, Thesseus & Lesta Lestrage. 

Penutup
Kesimpulan setelah menonton film ini, seperti layaknya film-film seri lainnya, seri kedua ini memang sekiranya menjadi seri pembuka bagi film-film selanjutnya.

Masih sangat banyak misteri yang belum terkuak, dan sepertinya J.K. Rowling pun masih akan membuat kisah ini menjadi makin panjang, dengan menjelaskan banyak sekali misteri. Misalnya saja tentang siapa sebenarnya Credence, bagaimana akhir kisah dari Grindelwald, ataupun misteri tentang Nagini, kenapa ia malah menjadi salah satu ular peliharaan Valdemort.

Keseluruhan film ini, cukup menghibur walaupun tidak terlalu memuaskan bagiku dari sisi jalan ceritanya yang masih terlalu menggantung dan tak memiliki konflik berarti. Namun, memang kembali lagi, ini adalah seri pembuka jadi memang layaknya seperti itu hanya sebagai pengantar cerita menuju konflik yang sebenarnya entah nantinya di seri yang keberapa.

Jadi, wahai para penggemar atau malah para Potterhead yang berpindah ke film ini, bersabarlah beberapa tahun lagi menunggu seri-seri selanjutnya.

Friday, November 9, 2018

[ Review ] Laut Bercerita

November 09, 2018 0 Comments



“Dan yang paling berat bagi semua orangtua dan keluarga aktivis yang hilang adalah: insomnia dan ketidakpastian. Kedua orang tuaku tak pernah lagi tidur dan sukar makan karena selalu menanti “Mas Laut muncul di depan pintu dan akan lebih enak makan bersama”. – Asmara Jati (p. 245)

Awal tahun ini, saya melihat banyak sekali review tentang buku ini di beberapa akun IG. Dari situlah saya mulai penasaran. Namun baru bisa mendekap buku ini di bulan Maret.

Bagi para penikmat sastra, mungkin sudah tak asing lagi dengan beliau, Leila S. Chudori, penulis buku ini. Ini juga menjadi daya tarik lain selain dari review-review di IG.

Saat membuka halaman novel ini kalian akan dibawa dan dipaksa masuk dan kembali ke masa-masa menjelang reformasi. Masa-masa kisruh negeri ini. Dan saya jamin, setelah selesai membaca, kalian akan merasakan sesak di dada. Membayangkan apa yang pernah terjadi dan menjadi jalan hidup orang-orang yang sampai sekarang kabar ataupun jasadnya tak ditemukan.

Biru Laut, tokoh sentral dalam novel ini, adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Bersama kawan-kawannya ia mengikuti suatu organisasi yang ke depannya dianggap mengancam di masa Orde Baru. Seperti halnya mahasiswa pada zaman itu, Laut punya rasa ingin tahu dan jiwa juang yang luar biasa. 

Hingga ia dan kawan-kawannya ikut dalam daftar nama orang-orang yang dicurigai dan pada akhirnya diculik. Pada titik inilah, ia tahu bahwa kadang teman bukanlah teman. Orang yang ia percaya ternyata malah merupakan orang yang mengintai hidupnya.

Laut punya kesempatan untuk berhenti dari segala hirup pikuk itu sebenarnya, sebelum ia diculik. Namun jiwanya tak mengizinkannya untuk berhenti. Hingga ia akhirnya dipenjara, disiksa. Teman-temannya sebagian dibunuh.

Tapi pada akhirnya Laut pun bertemu laut. Keluarganya, kekasihnya, kawan-kawannya bertanya-tanya di mana ia. Dibunuh tak ada mayat, dilepaskan ia tak jua pulang. Saat membaca bagian di mana ayah ibunya tetap berperilaku seperti Laut masih ada di sekitar mereka, seketika itu membuat rasa nyeri di dada.

Leila mencoba untuk menggambarkan secara nyata dalam karyanya ini, bahwa betapa sakit dan menderitanya ketika kita tak tahu bagaimana kabar mereka. Novel ini sendiri ia dedikasikan untuk para aktivis yang diculik, yang kembali dan yang tak akan kembali. Menggambarkan keluarga yang sampai detik ini menunggu kejelasan nasib orang-orang yang mereka cintai.

"Kami percaya pada kedalaman dan kesunyian laut, dan kami percaya pada terangnya matahari.

Kami juga percaya Mas Laut, Mas Gala, Sunu, Kinanti dan kawan-kawan yang lain akan lahir berkali-kali” 
( Hal. 373 )


tat